Di antara cobaan terbesar dari buah bibir yang ditimpakan kepada umat kita, adalah nyanyian. Karena, dia bisa memperindah ucapan yang jelek dan menghiasinya di dalam sanubari manusia. Sehingga, dia semakin diterima dan banyak dinikmati. Sampai-sampai kita bisa melihat orang tua dan anak kecil menyanyi dengan bibir dan hatinya, sedangkan badannya berdendang ke kanan dan ke kiri. Sungguh, dia telah mabuk oleh suara nyanyian dan terlena oleh bunyi musik. Sampai-sampai ada madzhab rusak, aqidah bobrok dan pemikiran busuk dipasarkan melalui media nyanyian ini.
Terlebih lagi melalui berbagai sarana kemaksiatan dan kefasikan di antaranya, zina mulut yang tergambar lewat pipi, dada dan lain sebagainya dari semua yang dimakruhkan dan diharomkan Alloh ta'ala. Nyanyian-nyanyian ini termasuk salah satu media yang paling sukses, mengingat dia bisa membawa kaum muda kecanduan dan hobi, dan menyia-nyiakan umur mereka dalam kerugian dan kebinasaan.
Alloh ta'ala berfirman dalam surat Luqman ayat 6, yang artinya :
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Alloh tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Alloh itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan."
Yang dinamakan nyanyian saat ini, adalah lagu yang diiringi instrumen-instrumen musik yang banyak, yang bisa membuat capek dan dimainkan oleh orang yang bisa atau mahir memainkannya, sehingga lagu itu enak dan membuat orang-orang terhibur, tanpa menanyakan kehalalan atau keharomannya. Di sana ada yang berpendapat, "Lagu/nyanyian itu halal, tidak ada masalah di dalamnya."
Di antara dalil-dalil yang mengharomkan instrumen-instrumen musik ini adalah sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam:
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحروالحريروالخمروالمعازف ولينزلن أقوام إلى جنب علم يروح عليهم بسارحة لهم يأتيهم لحاجة فيقولون : ارجع إلينا غدا فيبيتهم الله ويضع العلم ويمسخ آخرين قردة وخنازير إلى يوم القيامة
"Akan ada di antara umatku kaum yang menghalalkan zina (Al-Hira: kemaluan), sutera, khamr (minuman keras), dan alat-alat musik. Dan akan ada suatu kaum yang bertempat tinggal di dekat puncak gunung yang tinggi, seorang gembala menggembalakan binatang-binatang ternak mereka. Ada seorang fakir yang datang kepada mereka meminta untuk suatu kebutuhan, namun mereka berkata, 'Baliklah ke sini besok saja.' Maka Alloh membinasakan kaum tersebut pada malam harinya dan menimpakan gunung tersebut atas mereka, serta merubah orang yang tersisa menjadi kera dan babi hingga hari kiamat."
Di antara faidah-faidah yang telah disebutkan Syaikh al-Albani dalam kitabnya Silsilah al-Ahadits ash-Shohihah terhadap hadits ini, adalah pengharoman alat-alat musik. Syaikh al-Albani rohimahulloh berkata:
Petunjuk hadits ini ke arah hal itu dilihat dari beberapa aspek, di antaranya:
1. Perkataan Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam, ".....Mereka menghalalkan" di sini sangat jelas, bahwasanya hal-hal tersebut dan yang di antaranya alat-alat musik, menurut syara' diharomkan, lalu orang-orang tersebut menghalalkannya.
2. Penyertaan kata alat-alat musik bersama dengan perkara yang secara pasti diharomkan, yaitu: zina dan minuman keras. Kalau memang alat musik tidak diharomkan, maka dia tidak disertakan bersama perkara yang diharomkan tersebut, insyaAlloh.
Syaikh al-Albani juga berkata, "Ada banyak hadits yang sebagianya shohih berkenaan dengan pengharoman aneka macam alat-alat musik, yang pada saat itu sangat terkenal, seperti gendang (drum), kecapi atau gitar dan lain sebagainya. Dan, tidak ada hadits lain yang menyelisihi hal itu atau mengkhususkannya. Selain rebana pada waktu acara pernikahan dan hari raya. Karena rebana diperbolehkan menurut perincian yang tersebut di dalam fiqih."
Saya tidak tahu, kenapa ada nyayian? Apakah untuk suatu kebanggaan yang bisa dinikmati kaum muslimin? Ataukah untuk kemenangan-kemenangan yang selalu mereka wujudkan setiap hari?
Memang telah digariskan kita bisa menangis. Namun di manakah hati yang menangis ini? Di manakah dia sewaktu sibuk dengan nyanyian dan tarian/dansa? Dalam keadaan seperti ini, alangkah baiknya saya ucapkan,
"Wahai saudaraku, dikala tak ada tangis, maka menangislah!
Apalah guna hidup ini, sedangkan engkau lalai.
Apakah nikmat hidup ini, tanpa ada rintihan.
Dan apalah dunia ini, tanpa air mata yang mengaduh."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar